Penjual cendol di pinggir jalan
Mendorong gerobak tua yang tiada warna lagi
Langkahya tidak begitu tegap
Sebab memang ia bukan di usia muda lagi
Ramai lalu lalang kendaraan
Tapi tiada yang peduli
Harapannya belum juga terpenuhi
Menunggu pembeli untuk beberapa gelas saja
sore ini
Anak sulungnya yang sebentar lagi lulus SLTA
Pasti, membutuhkan biaya yang lumayan besar
Apalagi pendidikan saat ini
Bebas biaya sekolah banyak pula tuntutannya
Anaknya yang nomor dua,
Pagi tadi sudah tak mau sekolah lagi
Sebab sepatu yang sudah tak layak pakai
Tentu saja, ia harus membelikannya tak dapat
dihindari
Anaknya yang bungsu, gadis cantik
satu-satunya
Pagi tadi, meminta sepeda baru yang pernah ia
janjikan
Hanya ‘tukang cendol’ keliling inilah harapan satu-satunya
Gerobak itu masih saja berputar rodanya,
Tak pasti kemana arahnya saat ini
Mungkin saja disana ada kesempatan
Tempat orang-orang berkumpul yang
memanggilnya
Atau tempat anak-anak muda biasa berolahraga
Pasti mereka akan membelinya
Entah, sudah berapa kali melewati jalan ini
dalam seminggu
Sampai hari ini tetap saja tiada berbeda
Sampai di penghujung jalan tempat biasa ia
berhenti
Beristirahat sementara untuk perjalanan
berikutnya
Mengharapkan Rahmat-Nya yang tiada pernah
terduga
0 Response to "TUKANG CENDOL"
Post a Comment