Sudah
hampir dua jam setengah, Si Dullah memegang joran pancing kesukaannya.
Kesabarannya sedang diuji sejak ikan pertama yang memakan umpan di kailnya itu
terlepas lagi, padahal kurang sejengkal saja ikan itu berada dalam
genggamannya. Namun hatinya tetap saja tegar sebab “Ini bukan joran biasa”
bisik hatinya.
Joran
pancing sepanjang 3 meter itu tidak mudah ia dapatkan. Joran itu ia dapatkan di
dekat makam keramat tiga bulan yang lalu. Hanya ia sendiri yang berani datang
kesana pada malam hari itu. Rasanya telah semua persyaratan ia lakukan, seperti
yang disampaikan oleh ‘Mbah Cungkring’, begitulah orang biasa menyebut Dukun
hebat di dukuh itu. Bahkan, Dullah tidak lupa memawa bungkusan kecil yang tidak
boleh ia langkahi di saku bajunya itu.
Bosan
mulai menyerang pikirannya, saat kailnya tidak sedikitpun mendapatkan
perlawanan dari ikan yang diinginkannya. Ia pindah tempat hingga 3 kali, dan
jarang sekali ia melakukan hal itu. “Mungkin sebentar lagi barulah aku dapatkan
ikan yang besar” Kata hatinya menghibur.
Sudah
pukul 17.30, matahari hampir lenyap di ufuk Barat. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh
suara yang memanggilnya.
“Dullah,
Dul....” Suara yang mendekat
“Engkau
rupanya, Buyung”.. wajah tak asing lagi bagi Dullah, tetangga sebelah kanan
rumahnya itu rupanya memancing juga, meski waktu telah mendekati maghrib.
“Tidak
ada ikan hari ini, sedari tadi tak ada ku dapatkan seekor pun”. Dullah menjelaskan.
Buyung
seperti tidak mempedulikan ocehannya. Ia segera memasang umpan dan
memasukkannya ke dalam air sungai dengan santainya.
Mungkin
sudah 4 menit lamanya sejak si Buyung ikut duduk di sebelahnya. Dan, tiba-tiba
saja Buyung menyentakkan joran yang jelek dari pokok ubi kayu yang ia dapatkan
saat berangkat ke sungai tadi. “Wuiihh, Ikan besar, Ikan besar..” teriaknya.
Ikan itu
berhasil ditangkap oleh Buyung meski jorannya patah tengah sebab ikan terlalu
besar. Dullah memandang tak berkedip, memang itu ikan yang besar.
Begitu
dalam Dullah memaknai kejadian sore ini. Selepas sholat berjamaah di surau
tadi, ia masih belum selesai juga membayangkan kejadian itu. Rupanya, usaha dan
sarana apa pun yang kita gunakan untuk mendapatkan sesuatu bukanlah jaminan.
Kadangkala manusia berpikir menurut perhitungan dan logikanya sendiri; bahwa
apa yang ia dapatkan dalam hidup ini adalah atas usahanya sendiri, atas
kepandaiannya sendiri, dan itulah KESOMBONGAN. Manusia hanya harus berusaha dan
berdoa, dan Tuhan-lah yang menentukan hasilnya. Dalam berusaha seringkali kita
membawa bekal, ilmu, dan bantuan orang lain; semua itu hanyalah sarana yang
telah digerakkan oleh daya dari Yang Maha Lembut agar kita tidak terkejut
ketika mencapai hasil.
0 Response to "BUKAN DIRIMU"
Post a Comment