BUAH HATIKU



Buah hatiku yang cantik, kemarilah sebentar!
Biarkan ku peluk kalian satu per satu
Dan setelah itu, duduklah sebentar di sini...
Biarkanlah adikmu dalam pangkuanku,
Sebab, ia belum mengerti
Sama dengan dirimu...

Buah hatiku...
Zaman telah berubah
Masa kami kecil dahulu belum ada tablet atau komputer
Di kampung ini hanya ada satu televisi hitam putih
Kami menonton beramai-ramai, sebuah tontonan mewah
Lagu keroncong dan Kameria Ria Safari selalu kami nantikan.

Buah hatiku...
Tahukah kalian Sepeda Unta?
Sepeda hanya milik orang-orang kaya di kampung ini
Mereka begitu bangga dengan dering suara bel-nya yang keras
Atau, nada tik-tik-tik dari rantai dan gerigi yang beradu
Tapi saat ini, suku cadangnya pun tak dijual di toko sepeda.


Memang zaman telah berubah,
Teori ajaran dan norma masyarakat sudah mulai bergeser
Sopan santun dan hormat-menghormati juga,
Dahulu kami begitu segan dan tak ingin berjumpa dengan guru
Jika perlu kami bersembunyi agar tidak berjumpa dengan Bapak Guru di jalanan
Mereka memang benar-benar guru, harus bisa digugu dan ditiru
Mereka tidak bisa kami panggil dengan “Mas Bro” atau semacamnya

Buah hatiku yang jelita...
Jangan sampai orang membencimu
Jangan sampai orang menjauhimu
Jangan sampai orang membodohimu
Ikutilah zaman ini semaumu, semaumu...

Tapi, Ingatlah olehmu semua!
Betapa pun ornamen zaman dan teknologi ini membawamu
Sematkan dalam hatimu “Akhlaqul Karimah”
Agar kalian selamat diantara makhluk,
Dan juga, selamat dari murka Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

0 Response to "BUAH HATIKU"

Post a Comment